Jumat, 22 Agustus 2014

BUDIDAYA CACING LUMBRICUS - KELOMPOK TANI ORGANIK DESA PEPE SEDATI SIDOARJO


MANFAAT  CACING TANAH LUMBRICUS RUBELLUS



Khasiat cacing tanah untuk mengobati demam, tifus,dan gangguan pasca stroke bukan lagi cuma sebatas bisik-bisik. Meskipun masih memerlukan penelitian lebih seksama, prospek cacing tanah sebagai bahan obat alami sudah sangat menjanjikan.


Di RRC, Korea, Vietnam, dan banyak tempat lain di Asia Tenggara, cacing tahah terutama dari jenis Lumbricus spp, bisa digunakan sebagai obat sejak ribuan tahun yang lalu. Cacing tanah telah dicantumkan dalam “Ben Cao Gang Mu”, buku bahan obat standar (farmakope) pengobatan tradisional China. Di China, cacing tanah akrab disebut ‘naga tanah’. Nama pasaran cacing tanah kering di kalangan pedagang obat-obatan tradisional China adalah ti lung kam.
Secara empiris, nenek atau ibu kita tanpa kita tahu mungkin memberikan ‘jamu cacing’ saat kita demam atau diare. Dan ternyata penyakit kita … sembuh!! Hasil penelitian terhadao cacing tanah menyebutkan bahwa senyawa aktifnya mampu melumpuhkan bakteri patogen, khususnya Eschericia coli penyebab diare. Bisik-bisik pengalaman nyata lain juga santer menyebutkan cacing bermanfaat untuk menyembuhkan rematik, batu ginjal, dan cacar air.



Tempat  Perternakan Cacing di Kelompok Tani Organik  Desa Pepe Sedati Sidoarjo

Di beberapa negara Asia dan Afrika, cacing tanah yang telah dibersihkan dan dibelah kemudian dijemur hingga kering, lazim dijadikan makanan obat (healing foods). Biasanya disangrai atau digoreng kering, disantap sebagai keripik cacing. Diduga kebiasaan menyantap cacing ini dapat membantu menekan angka kematian akibat diare di negara-negara miskin Asia-Afrika.

Dalam dunia moderen sekarang ini, senyawa aktif cacing tanah digunakan sebagai bahan obat. Bahkan, tak sedikit produk kosmetik yang memanfaatkan bahan aktif tersebut sebagai substrat pelembut kulit, pelembab wajah, dan antiinfeksi. Sebagai produk herbal, telah banyak merek tonikum yang menggunakan ekstrak cacing tanah sebagai campuran bahan aktif.

Enzim Penghancur Gumpalan Darah
Baik dalam bentuk segar maupun kering, si naga tanah ini di Korea diolah menjadi sup penyegar yang lazim disantap menjelang tidur, agar esok hari penyantapnya dapat bekerja penuh semangat. Setelah dibersihkan kotorannya melalui pengolahan dengan teknik khusus, cacing tanah banyak dijual sebagai obat tradisional di Korea.

Do Tat Loi, MD, PhD, direktur Hanoi National Institute of Pharmaceutical di Vietnam, termasuh salah seorang penulis yang getol menyebarluaskan khasiat cacing tanah. Ba Hoang, MD, PhD, juga di Vietnam, yang berpraktek pengobatan konvensional dan pengobatan tradisional China, telah membuktikan efektivitas cacing tanah untuk mengobati pasien-pasiennya yang mengidap stroke, hipertensi, penyumbatan pembuluh darah (arterosklerosis), kejang ayan (epilepsi), dan berbagai penyakit infeksi. Resep-resepnya telah banyak dijadikan obat paten untuk pengobatan alergi, radang usus, dan stroke.

Kegunaan cacing tanah sebagai penghancur gumpalan darah (fibrimolysis) telah dilaporkan oleh Fredericq dan Krunkenberg pada tahun 1920-an. Sayangnya, laporan tersebut tidak mendapat tanggapan memadai dari para ahli saat itu. Sesudah masa tersebut, Mihara Hisahi, peneliti dari Jepang, berhasil mengisolasi enzim pelarut fibrin dalam cacing yang bekerja sebagai enzim proteolitik. Karena berasal dari Lumbricus (cacing tanah), maka enzim tersebut kemudian dinamakan lumbrokinase.

Canada RNA Biochemical, Inc. kemudian mengembangkan penelitian tersebut dan berhasil menstandarkan enzim lumbrokinase menjadi obat stroke. Obat berasal dari cacing tanah ini populer dengan nama dagang ” Boluoke”. Lazim diresepkan untuk mencegah dan mengobati penyumbatan pembuluh darah jantung (ischemic) yang berisiko mengundang penyakit jantung koroner (PJK), tekanan darah tinggi (hipertensi), dan stroke.

Selama ini obat penghancur gumpalan darah uang banyak digunakan adalah aktivator jaringan plasminogen (tissue-plasminogen activator, tPA) dan stretokinase. Padahal, kedua jenis obat tersebut daya kerjanya lambat. Selain itu, aspirin-pun sering digunakan untuk mencegah penggumpalan darah, sayangnya reaksinya terlalu asam bagi tubuh, sehingga banyak pengguna tidak tahan dan beresiko mengakibatkan tukak lambung.

Penelitian terhadap khasiat cacing tanah sudah pernah dilakukan juga secara besar-besaran di China sejak tahun 1990, melibatkan tiga lembaga besar. Yakni Xuanwu Hospital of Capital Medical College, Xiangzi Provicial People’s Hospital, dan Xiangxi Medical College. Uji coba klinis serbuk enzim cacing tanah ini dikalukan terhadap 453 pasien pengderita gangguan pembuluh darah (ischemic cerebrovascular disease) dengan 73% kesembuhan total.

Kamis, 03 Juli 2014

BUDIDAYA CACING LUMBRICUS RUBELLUS DI SIDOARJO (FARMING INTEGRATED = KELINCI + JAMUR TIRAM + CACING)

 Potensi limbah Kotoran Kelici dan Buangan baglog jamur tiram putih.

Kali ini akan membahas sedikit lebih mendalam tentang bagaimana sinergi antara kotoran Kelinci , limbah baglog , dengan budidaya cacing lumbricus rubellus.

Saat ini kami sedang mengembangkan sebuah potensi pemanfaatan kotoran kelinci dan  limbah baglog jamur tiram putih, dimana kotoran kelinci dan limbah baglog, yang berada ditempat kami.  Untuk selanjutnya membuat sebuah pupuk organik dari Kascing/kotoran cacing dan campuran kascing dengan berbagai bahan organik lainnya.

Pupuk organik ini nantinya sangat berkualitas tinggi terutama untuk tanaman seperti bunga-buah dan sebagainya.
Apa sih, manfaat dan kegunaan cacing lumbricus, dan nantinya dipasarkan ke mana saja..? Berikut beberapa manfaat dari cacing lumbricus:

Karena mengandung protein yang tinggi, cacing paling umum digunakan sebagai bahan makan / pakan hewan ternak atau hewan budidaya seperti jenis burung/unggas, perikanan/ikan, kodok, udang dan sebagainya.


Cacing juga dapat diolah sebagai bahan baku pembuatan kosmetik

Cacing lumbricus ini sekarang juga sudah dikembangkan sebagai salah satu bahan obat karena dapat menurunkan tekanan darah. Fungsi paling umumnya adalah dapat menurunkan penyakit demam/panas dan meredakan penyakit tipus. Untuk ini biasanya cacing dikeringkan lalu di ekstrak dalam bentuk kapsul.
bagaimana cara membudidayakan cacing ini? Untuk menjawab ini, kita harus memahami dulu bagaimana kondisi yang terbaik untuk perkembangan cacing. yaitu:

Tanah sebagai media rumahnya harus mengandung banyak bahan organik, ini nantinya yang akan kita ganti dengan media gergajian dari baglog buangan. cacing menyukai bahan yang mudah membusuk karena mudah dicerna oleh tubuhnya.


Cacing menyukai kondisi dengan ph sedikit asam dan netral yang kurang lebih 6-7. Pada kondisi ini bakteri dalam tubuh cacing dapat bekerja optimal untuk melakukan pembusukan dan fermentasi. Kondisi ini harus benar-benar diperhatikan, karena jika pada gergajian terjadi fermentasi berlebihan dan panas, maka justru dapat membunuh cacing itu.


Kelembaban optimal di kisaran 30%


Suhu yang disukai oleh cacing karena dapat memicu pertumbuhan cacing dan perkembangbiakannya adalah sekitar 15-25 derajat C, untuk ini tempat budidaya cacing sebaiknya terlindung dari sinar matahari langsung. Kalau bisa dibuatkan semacam rumah atau naungan sederhana sehingga terjaga suhu dan kelembabannya.

Bahan Media Cacing.

• Tai gergaji atau bekas baglog jamur yang sudah dibuang. Yang paling bagus adalah baglog bekas jamur karena teksturnya sudah lunak dan tidak mengalami pembusukan lagi, sedangkan jika memakai tai gergaji maka pilihlah yang sudah agak lapuk karena jika masih baru teksturnya kasar dan tidak disukai cacing, bisa melukai kulitnya.

• Pupuk kandang. Pupuk yang dipakai bisa berasal dari sapi, kambing/domba, ayam dll. dalam hal ini saya memakai kotoran kelinci dari peternakan kami.  Pilihlah yang sudah matang agar nantinya media tidak terlalu panas karena proses pembusukan dan kandungan gas amoniaknya yang cukup tinggi, sangat tidak disukai cacing. Cacing akan keluar meninggalkan media jika masih panas dan mengandung amoniak yang tinggi.
• Batang pisang. Pilihlah batang pisang yang sudah membusuk karena akan menjadi tempat bersarang yang bagus bagi cacing, tetapi jika memang tidak tersedia maka bisa menggunakan batang pisang yang baru. Potong- potonglah batang pisang dan kemudian dijemur ±3hari agar layu.

• Bahan organik lainnya. Disamping ketiga bahan tadi yang wajib ada, maka bisa ditambahkan bahan-bahan organik lain yang ada di sekitar kita yang sifatnya agak keras atau lama terurai, yakni : berbagai macam daun-daunan; limbah sampah dari pasar; eceng gondok; limbah dari lahan pertanian seperti jerami, rerumputan, tongkol dan batang jagung, bekas tanaman kedelai, kacang hijau, dll. Semua bahan ini hendaknya dirajang dulu untuk memudahkan proses pengomposan dan agar mudah tercampur merata dengan bahan-bahan yang lain.

Itulah beberapa bahan untuk media cacing yang sudah terbukti bagus dipergunakan dan mendukung perkembangbiakan cacing. Untuk komposisinya, bahan-bahan tersebut bisa dicampur bebas. Khusus untuk kotoran sapi dan kotoran kelinci, atau ternak lainnya atau bahan lain yang masih dalam proses fermentasi/pembusukan sebaiknya dalam jumlah tidak lebih dari 25%. Misalnya saja ampas tebu; limbah kelapa sawit; onggok ubi kayu, ampas tahu, ampas pabrik kecap, sisa tempe dll (ke-empat bahan terakhir ini lebih bagus untuk pakan cacing). Hindari pemakaian bahan-bahan yang mengandung zat kimia. Setelah semua bahan tersebut terkumpul dan telah dihancurkan atau dirajang dulu, selanjutnya diaduk sampai merata dan kemudian siap difermentasi, dijadikan kompos setengah matang/tidak terlalu lapuk.



Cara Fermentasi Media Cacing :



Siapkanlah semua bahan yang bisa dikumpulkan sesuai dengan yang terdapat di sekitar lokasi masing-masing. Setelah dihancurkan, dicampur merata dan kemudian difermentasi. Caranya adalah sbb :
Siapkan terlebih dahulu bahan-bahan untuk dekomposternya, yakni :

- bakteri pengurai... 1liter , sebaiknya memakai hasil ternak sendiri

- molase/tetes.......... 2liter , bisa diganti gula merah/air tebu

- air kelapa.............. 5liter

- air cucian beras..... 2liter

Semua bahan diaduk dan siap dipergunakan. Campuran ini bisa dipergunakan untuk sekitar 1ton bahan organik. Usahakan bahan-bahan tersebut tersedia lengkap agar proses fermentasinya berjalan cepat dan hasilnya bagus. Jika sulit, setidaknya ada biang bakteri dan air cucian beras sebagai pengencer dan makanan bakterinya.
Hamparkan campuran bahan-bahan organik tersebut diatas tanah yang teduh, setinggi ± 20-25cm (tidak termasuk batang pisang yang sudah lapuk). Siramkan campuran dekomposter tadi ke atas tumpukan media sambil diaduk. Setelah itu tutuplah media dengan terpal atau karung beras dan biarkan selama 3-4hari.
Pada hari ke-empat tumpukan media dibongkar, diaduk dan dibalik. Biarkan kurang lebih 30menit agar gas-gas yang ada bisa keluar, setelah itu ditutup dan dibiarkan 3hari lagi. Tujuan pembongkaran ini agar suhu di dalam media tidak terlalu panas karena malah bisa menghambat/membunuh bakterinya.
Setelah proses fermentasi selesai pada hari ke 7, aduklah kembali dan biarkan diangin anginkan selama 2-3hari, agar sisa gas amoniak yang ada bisa menguap.
Setelah media fermentasi ini jadi dan telah dingin bisa dimasukkan ke dalam kolam untuk budidaya cacing. Masukkan setebal 20cm saja bersamaan dengan batang pisang yang sudah lapuk tetapi telah dipotong-potong dulu.
Bibit/indukan cacing sudah bisa disebar ke atas media, minimal diperlukan 1kg cacing per m² lahan. Setelah bibit cacing dimasukkan tunggulah beberapa saat, apabila semuanya mau masuk ke dalam media maka berarti media tersebut telah sesuai dengan kondisi yang dikehendaki oleh cacingnya. Apabila cacing tidak mau masuk ke dalam media, berarti ada sesuatu yang tidak beres di dalamnya, bisa karena media terasa kasar bagi kulit cacing atau karena media masih terasa panas dan masih mengandung amoniak hasil pembusukan/proses fermentasi blm sempurna. Bisa juga karena ternyata di dalam media telah dipakai bersarang bagi semut merah. Satu hari kemudian barulah kita beri pakan, karena jika tidak diberi makan maka media ini akan habis dimakan cacing, padahal tujuannya adalah sebagai media saja sedangkan pakan telah disiapkan tersendiri yang mengandung gisi lebih baik.

Menurut rekan kami ini, untuk berhasil dalam melakukan budidaya cacing, kita harus terlebih dahulu memahami kondisi yang disenangi oleh cacing tersebut. Pada awalnya budidaya cacing dan pada umumnya diletakkan pada kotak-kotak dalam jumlah banyak, selanjutnya cacing dibiakkan di tempat tersebut.


Budidaya cacing pada kotak-kotak kayu


Kotoran Kelinci


Sisa Baglog Jamur

Kotoran Kelcinci dan Gergajian dari baglog buangan sebagai Media Cacing


Sebaiknya memang sebelum membudidayakan dalam jumlah banyak, dicobakan dahulu.. caranya:
Bibit cacing yang ada dicobakan dahulu di media yang ada dalam kotak-kotak, perhatikan apakah cacing tersebut langsung masuk ke dalam media atau berkeliaran di atasnya, jika masuk ke dalam, perhatikan setiap 3 jam, apakah cacing tersebut keluar atau tidak, jika dalam 12 jam tidak keluar, berarti bisa disimpulkan media tersebut cocok, dan cacing betah di dalamnya..

Namun sahabat kami ini memiliki tatacara yang berbeda untuk mengembangbiakkan cacing lumbricus, dengan berbagai percobaan sebelumnya, beliau membuat semacam kotak dari pasangan bata sederhana. Ukurannya kurang lebih 100x200x50cm. Bagian bawahnya diberi sedikit plesteran tapi yang bisa menyerapkan air. Selanjutnya cacing dibudidayakan di sini..

Mencoba budidaya cacing pada jumlah sedikit dulu di kotak bata, tampak di atasnya diberi makanan berupa ampas tahu selain media gergajian dari baglog buangan

Budidaya cacing lumbricus menggunakan media baglog afkir.
Pertama-tama baglog afkir tersebut dikumpulkan dan dibuang/dipisahkan dari plastiknya
Haluskan dengan menggunakan tangan saja, tidak perlu sampai terlalu halus banget/misal menggunakan mesin.

Baglog buangan dipisahkan dulu dengan plastiknya

Jika terlalu kering, siram sedikit saja agar kelembaban dan kadar airnya bertambah. Tetapi pada umumnya baglog buangan tersebut sudah memiliki kadar air yang optimal sebagai media/makanan cacing.
Selanjutnya setelah gergajian siap sebagai media, dapat difungsikan sebagai pakan/makanan cacing, dan juga dapat difungsikan sebagai media/rumahnya.

Nah, sekarang apa sebenarnya fungsi grajen tersebut? Untuk itu perlu sedikit dijelaskan masalah makanan/pakan cacing. Setiap harinya, cacing dapat menyerap makanan sebanyak berat tubuhnya, artinya, sebaiknya kita memberikan makanan sejumlah berat cacing yang kita budidayakan. Makanan yang paling umum diberikan adalah ampas tahu dengan perbandingan 1:1 dengan berat cacing tadi.

Lalu bagaimana dengan baglog buangan? Disinilah hebatnya gergajian hasil baglog buangan tersebut. Selain berfungsi sebagai media, kandungan gergajian yang juga mengandung nutrisi seperti bekatul dan sebagainya itu juga berfungsi sebagai makanan. Jadi, dengan memberikan gergajian dari baglog buangan, kita tidak perlu lagi setiap hari mencari ampas tahu untuk pakannya, dan pemberiannya pun bisa jadi hanya sedikit saja..

Sebagai ilustrasi pengaturan layer/lapisan pada budidaya cacing menggunakan baglog buangan, adalah sebagai berikut:

Pada gambar tersebut nampak bahwa, pemberian grajen sebagai media cacing lumbricus sebaiknya sebanding dengan berat cacing yang ada.., pada awalnya dibagi menjadi 3 layer, selanjutnya dalam waktu kurang lebih 7 hari, akan terbentuk 2 layer saja yaitu cacing lumbricus dan kascing/kotoran cacing..
Nah, dengan gambaran yang ada tersebut, bisa disimpulkan, apabila kita ingin memproduksi kascing dalam waktu singkat, bisa menggunakan gergajian. Dalam waktu 7 hari, kascing sudah bisa di "panen" di bagian bawah layer yang selanjutnya bisa dioptimalkan sebagai pupuk atau campuran pupuk organik.

Kalau dihitung dari segi produksi, bagaimana menghasilkan cacing lumbricus dan kascing tersebut..?
6 Kotak bata tempat budidaya cacing lumbricus

Menurut pengalaman rekan kami ini, dia membuat sekitar 6 kotak dari pasangan bata dengan ukuran kurang lebih 120x200x50cm tadi. Nah, setiap kotak, InsyaALLAH bisa menghasilkan kurang lebih 80-90kg cacing lumbricus rubellus..

Di ambil di permukaannya saja sudah tampak banyak sekali cacing lumbricus

Hitungannya adalah sebagai berikut:
Bibit cacing yang akan dibiakkan per kotak tersebut diisi sekitar 20-30kg.
Gergajian dari baglog buangan diisikan ke kotak sebanyak kurang lebih mencapai 100kg.
Selain gergajian, masih dibantu dengan pakan dari ampas tahu..
Setiap harinya cacing dapat makan sebanyak berat tubuhnya, lalu selanjutnya menghasilkan kascing tergantung daya serap makan ke tubuh cacing tersebut.
Jika menggunakan pakan ampas tahu, kascing yang dihasilkan kira-kira sebanyak 40% dari berat, sekitar 60% terserap untuk membesarkan cacing.
Sedangkan jika menggunakan gergajian baglog, maka daya serapnya sekitar 40% dan akan menghasilkan sekitar 60% kascing dari beratnya..
Luar biasa bukan..?

Nah bagaimana panennya..?
Cacing dapat dipanen dalam waktu kurang lebih 30 hari.., dari waktu tersebut bibit cacing yang ada tadi InsyaALLAH sudah mencapai kurang lebih 80kg.. Dan kascing yang ada sekitar 50kg an...
Jadi yang dibudidaya rekan kami di 6 kotak itu menghasilkan sekitar 500kg cacing lumbricus rubellus dan sekitar 300kg kascing.. Subhanallah..

Saat ini saja, rekan kami meminta pasokan baglog buangan sekitar 1 ton per pekan yang artinya dibutuhkan sekitar 4 ton per bulannya. Ini masih permulaan, karena target ke depannya membutuhkan hampir 3 kali lipat yaitu sekitar 12 ton baglog buangan per bulan..
Ini masih jauh dari target, karena kebutuhan per bulannya kira-kira mencapai 80 ton. Bahkan jika ingin untuk pasokan luar pulau hingga kalimantan, kebutuhan mencapai 300 ton per bulan.. Subahanallah..



Minggu, 02 Februari 2014

MUSIM HUJAN BANYAK KELINCI YANG SAKIT MENCRET

MEMINIMALISIR KELINCI MENCRET

Disaat musim hujan, sering kita jumpai kelinci mudah mencret, dan ini yang paling banyak pertanyaan via email maupun sms.

Mencret sebenarnya paling banyak disebabkan oleh bakteri yang ada dilingkungan kandang, terutama penyebab utama adalah karena hijauan.

Hijauan yang tertunpuk, kena percikan atau embun dari air hujan yang bisa menyebabkan berkembangnya bakteri, apalagi hijauan yang terinjak injak oleh ternak kita.

Banyak kasus, sehari sebelumnya sehat, namun hari berikutnya kelinci mencret, tapi makanya tetap mau dan disekitar anus ada kotoran yang menempel.


Dengan hijauan digantung, maka perkembangan bakteri akan terhambat


Untuk dimusim hujan, usahakan hijauan yang diberikan yang tidak cepat membusuk, disarankan hijauan yang berdaun kecil dan tebal, agar nutrisi kelinci tetap tercukupi dan kelinci tetap sehat.

Bila sudah terjadi mencret, kandang dibersihkan, dan kelinci di pindah dan disekitar anus dibersihkan, lalu berilah suntikan antibiotik dan vitamin.

Jangan sampai kotoran berbau, karena bisa menularkan pada kelinci yang lain.

Dan dimusim hujan, usahakan kandang diberi penerangan lebih terang di malam hari, dan usahakan juga kandang tidak kena percikan air hujam, supaya kelinci lita tetap sehat.,

Dan jangan lupa dimalam hari kelinci ditengok sambil memberikan pakan seadanya, agar komunikasi kita dengan ternak tetap terjaga.

SELAMAT MENCOBA